KAPAN ANAK BELAJAR BERJALAN

KAPAN ANAK BELAJAR BERJALAN

Kapan seorang anak bisa berjalan, tidak mesti sama waktunya. Yang penting ia mendapat cukup stimulus dan melewati hampir seluruh fase perkembangan motoriknya yang normal.

Pada usia 12 bulan, seorang anak biasanya sudah bisa berjalan. Namun, perlu diingat bahwa fase perkembangan motorik kasar ini variasinya cukup lebar. Artinya, pada beberapa anak usia tersebut, bisa saja kemampuannya baru sampai tahap berdiri tanpa ditopang. Jika demikian halnya, biasanya ia pun baru bisa duduk sendiri di usia 10 bulan. Keadaan ini bisa dianggap sebagai suatu variasi normal karena, seperti dikatakan dr.Fajar Subroto,Sp.A, dari Klinik Anakku, Cinere, Depok, proses belajar berjalan pada bayi bisa berlangsung sampai usia 18 bulan.

Tentu saja, agar anak memiliki kemampuan berjalan pada waktunya, ia membutuhkan stimulus atau rangsangan. Sayangnya, tak jarang orang tua justru tak acuh karena beranggapan, toh, cepat atau lambat anak akan bisa berjalan dengan sendirinya. Padahal, “Pada anak yang tidak banyak mendapat perhatian dari orang tua atau pengasuhnya, maka biasanya ia pun tidak banyak mendapat stimulasi untuk aktif bergerak, dan ini bisa membuat perkembangannya kemampuan jalannya jadi lebih lambat,” sesal Fajar.

PENTINGNYA STIMULASI

Namun perlu disadari, perhatian saja tidak cukup bila tak disertai dengan pemberian kesempatan. Contohnya, anak yang selalu digendong sepanjang hari, tentu tak punya banyak kesempatan untuk bergerak atau mencoba berjalan, kan?”

Jadi biar bagaimanapun, anak harus diberi stimulus dan kesempatan untuk belajar jalan. “Jangan karena tidak mau repot mengawasinya, bayi selalu digendong ke mana-mana terus-menerus dan tidak diberi kesempatan untuk mencoba berjalan sendiri,” tambah Fajar.

Stimulus yang bisa diberikan oleh orang tua, misalnya, dengan menatih anak. Hal itu bisa dilakukan begitu anak sudah bisa berdiri dan merambat. Mengapa harus menunggu sampai sebesar itu? Karena maksud menatih hanyalah untuk membantu menjaga keseimbangannya. Sementara berat badannya harus bisa ditopang oleh kekuatan kakinya sendiri. Dengan begitu ia akan mendapat stimulasi yang baik untuk belajar berjalan.

Sebaliknya, kalau acara tatih dipaksakan pada saat kaki anak belum bisa untuk berdiri atau menopang berat badannya sendiri, hal ini akan berakibat kurang baik bagi perkembangan selanjutnya. “Selain itu, bila ia sampai terjatuh cukup keras, pengalaman ini bisa membuat anak jadi takut untuk mencoba berjalan,” ungkap Fajar.

Selama menatih, ajaklah anak bermain-main dengan berpegangan pada tangan kita. Tarik badannya hingga ia berdiri. Bisa juga dengan mengajaknya berpegangan pada pinggiran boks tempat tidur, atau pada kursi. Setelah itu, ajaklah ia untuk mencoba melangkah sedikit-sedikit dari pegangan kita ke arah orang lain, atau bisa juga dengan merambat mengelilingi tepi tempat tidurnya. Jika memang ia belum mau mencoba berjalan, ajaklah ia bermain jongkok-berdiri dulu, agar otot kakinya menjadi lebih kuat dan lebih siap sebelum ia mencoba berjalan lagi.

Pada intinya, berilah kesempatan sebanyak-banyaknya pada anak untuk mencoba berjalan di lantai. Jadi, jangan sampai ia terlalu lama didudukkan di kursi atau boks tempat tidurnya. Juga selama menatihnya, biarkan ia bertelanjang kaki tanpa sepatu. Sebab, tidak jarang sepatu yang masih baru dan kaku malah akan membuat kakinya sakit saat mencoba berjalan.

Jika anak enggan latihan berjalan, bisa jadi hal itu disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. “Misalnya saja, ia pernah jatuh agak keras dan merasa sakit, sehingga takut mencoba berjalan lagi,” kata Fajar.

Untuk mengatasinya, pancing semangat anak dengan sikap gembira yang ditunjukkan orang tua/pengasuhnya. Kalau perlu, gunakan mainan yang menarik agar anak mau mendatanginya. Letakkan mainan itu agak di sebelah atas sehingga ia perlu berdiri untuk menjangkaunya.

Dengan begitu, sedikit demi sedikit, ia akan tergerak untuk berani mencoba berjalan sendiri, tanpa ditatih atau berpegangan, misalnya. Kalaupun sampai terjatuh, jangan tunjukkan sikap panik di hadapannya. Perhatikan apakah ia perlu ditolong saat itu juga atau bisa dibiarkan bangkit sendiri. Sikap panik orang tua/pengasuh akan membuat rasa percaya diri anak terkikis.

BABY-WALKER TAK DIANJURKAN

Untuk mengasah kemampuan berjalan pada anak, sebetulnya cukup dengan menatihnya kapanpun anak mau. Tak usah menggunakan baby-walker karena sebenarnya penggunaan alat ini malah bisa memperlambat perkembangan kemampuan berjalan. “Hanya saja hal ini kadang kurang dipahami orang tua,” ujar Fajar.

Penggunaan baby-walker yang terlalu sering akan membuat perkembangan motorik kasar, dalam hal ini duduk dan berdiri tanpa ditopang, menjadi terlambat. Seperti yang terlihat, dengan baby-walker posisi duduk anak selalu tersangga sehingga ia tidak cukup terlatih untuk menopang dirinya sendiri. Selain itu, penggunaan baby-walker yang berlebihan juga dapat mengakibatkan anak jalan berjingkat atau jinjit. Hal ini mungkin terjadi, karena ia terbiasa bergerak maju sambil mendorong keretanya.

“Tapi bila memang tetap ingin menggunakan baby-walker, sebenarnya bisa saja asalkan orang tua memperhatikan beberapa hal,” pesan Fajar. Yang pertama, baby-walker itu kuat menahan berat badan sang bayi. Juga, lihat apakah ada bagiannya yang bisa membahayakan, misalnya pada konstruksi besi-besi penyangga. Perhatikan bagaimana kestabilan baby-walker tersebut, jangan sampai saat dipakai malah melipat sendiri dan membuat si kecil terjepit.

Jadi, penting sekali untuk mewaspadai kemungkinan terjadi kecelakaan dalam menggunakan baby-walker. “Biasanya kecelakaan juga terjadi karena bayi berusaha memanjat keluar. Akibatnya ia terjatuh bersama baby-walker itu.”

lor=”#000000″ face=”Verdana” size=”3″>Tak jarang pula, baby-walker terjatuh karena ada sesuatu yang menyandungnya, seperti anak tangga atau permukaan lantai yang tidak rata. Jadi, Bu-Pak, kalau, toh, mau menggunakan baby-walker, jangan pernah tinggalkan si kecil sendirian tanpa pengawasan.

Fase Perkembangan Motorik

Kemampuan berjalan merupakan satu bagian dari perkembangan motorik kasar pada bayi. Perkembangan motorik sendiri sebenarnya terdiri dari perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar akan menjadi dasar dari perkembangan motorik halus, dan secara garis besar perkembangan motorik kasar itu meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Kemampuan telentang dari posisi tengkurap pada usia sekitar 3,5 bulan.

2. Kemampuan tengkurap dari posisi awal telentang pada usia sekitar 4-4,5 bulan.

3. Bisa duduk dengan ditopang punggungnya sendiri pada usia sekitar 5,5 bulan.

4. Bisa merayap pada usia sekitar 6 bulan.

5. Bisa duduk sendiri pada usia sekitar 7-8 bulan.

6. Bisa merangkak pada usia 8-9 bulan.

7. Bisa berdiri dengan berpegangan dan berjalan merambat pada usia 9-10 bulan.

8. Bisa berjalan tanpa berpegangan pada usia 12 bulan.

9. Bisa berjalan mundur pada usia 14 bulan.

Namun demikian, menurut Fajar, ada anak-anak yang mengalami “lompatan” fase dalam tahap perkembangan motorik kasarnya. Misal, dari fase merayap, seorang bayi bisa langsung berdiri, tidak melalui fase bisa duduk sendiri dulu.

Kalau memang ada fase yang terlompati, sebaiknya si kecil diperiksakan juga ke dokter. Ini perlu untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang menyebabkan fase itu terlompati, atau memang perkembangannya lebih cepat dari biasanya. Contoh kelainan yang bisa menimbulkan lompatan fase, misalnya, gangguan pada otot-otot punggungnya, atau tulang sekitar pinggul.

Leave a comment